Minggu, 26 Januari 2014

RANGKUMAN: PERUBAHAN FISIOLOGIS SEBAGAI HASIL LATIHAN

A.      PERUBAHAN FISIOLOGIS SEBAGAI HASIL LATIHAN
Tubuh bereaksi terhadap aktivitas akan menunjukkan reaksi – reaksi sewaktu adaptasi sesuai dengan jenis aktivitasnya. Hal tersebut di pengaruhi oleh faktor yang terdapat pada individu dan lingkungan tempat dimana individu tersebut melakukan aktivitas. Berikut adalah perubahan – perubahan faali yang timbul akibat latihan:
1.      Perubahan sistem kardiorespirasi
Latihan fisik dapat meningkatkan ukuran besar jantung. Pada atlet – atlet olahraga daya tahan, keadaan tersebut disebabkan meningkatnya ukuran rongga ventrikel kiri jantung tanpa bertambah tebalnya  dinding ventrikel jantung. Sedangkan pada atlet yang tidak menggunakan daya tahan, dinding ventrikel menebal dan rongga ventrikel tetap normal. Kemampuan volume denyut jantung bertambah juga berhubungan dengan meningkatnya kapilarisasi jantung (Budiwanto, 2012:95).
2.      Perubahan pada sistem pernafasan
Volume pernafasan meningkat besama – sama dengan meningkatnya VO2 maks (McArdle, 1981:273).

B.       RESPON FISIOLOGIS TERHADAP DAMPAK LATIHAN
Komponen biomotor kekuatan merupakan salah satu komponen yang dapat dengan cepat ditingkatkan. Oleh karena itu, bentuk latihan biomotor dilaksanakan dengan baik dan tepat agar meningkat kualitas dan kuantitasnya. Berikut kemampuan respon dan fisiologis yang meningkat akibat latihan kekuatan:
1.      Adaptasi persyarafan
2.      Hipertrofi (pembesaran) otot
3.      Adaptasi sel – sel
4.      Daya tahan otot
5.      Adaptasi kardiovaskuler
6.      Perubahan secara biokimia
7.      Perubahan pada komposisi tubuh

8.      Perubahan pada fleksibilitas

STRATEGI PEMBELAJARAN GERAK

1.        Strategi Pembelajaran Gerak

Strategi merupakan usaha untuk memperoleh kesuksesan dan keberhasilan dalam mencapai tujuan. Dalam dunia pendidikan strategi dapat diartikan sebagai a plan, method, or series of activities designed to achieves a particular educational goal (J. R. David, 1976). Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran yang disusun untuk mencapai tujuan tertenu.
Pada mulanya istilah strategi banyak digunakan dalam dunia militer yang diartikan sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk memenangkan suatu peperangan. Istilah strategi banyak digunakan dalam berbagai bidang kegiatan yang bertujuan memperoleh kesuksesan atau keberhasilan dalam mencapai tujuan, seperti halnya seorang guru yang mengharapkan hasil baik dalam proses pembelajaran juga akan menerapkan suatu strategi agar hasil belajar siswanya mendapat prestasi yang terbaik.
Strategi pembelajaran gerak adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan penganjar dan peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. (Kemp, 1995). Sedangkan Dick & Carey (1985) menyatakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa.
Strategi pembelajaran merupakan hal yang perlu di perhatikan oleh seorang pengajar dalam proses pembelajaran. Ada 3 jenis strategi yang berkaitan dengan pembelajaran, yakni:
a.       Strategi Pengorganisasian Pembelajaran
Reigeluth, Bunderson dan Meril (1977) menyatakan strategi mengorganisasi isi pelajaran disebut sebagai struktural strategi, yang mengacu pada cara untuk membuat urutan dan mensintesis fakta, konsep, prosedur dan prinsip yang berkaitan.
Strategi pengorganisasian, lebih lanjut dibedaka  menjadi dua jenis, yaitu strategi mikro dan strategi makro. Startegi mikro mengacu kepada metode untuk pengorganisasian isi pembelajaran yang berkisar pada satu konsep, atau prosedur atau prinsip. Strategi makro mengacu kepada metode untuk mengorganisasi isi pembelajaran yang melibatkan lebih dari satu konsep atau prosedur atau prinsip.
Strategi makro berurusan dengan bagaimana memilih, menata urusan, membuat sintesis dan rangkuman isi pembelajaran yang saling berkaitan. Pemilihan isi berdasarkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, mengacu pada penentapan konsep apa yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu. Penataan urutan isi mengacu pada keputusan untuk menata dengan urutan tertentu konsep yang akan diajarkan. Pembuatan sintesis diantara konsep prosedur atau prinsip. Pembauatn rangkuman mengacu kepada keputusan tentang bagaimana cara melakukan tinjauan ulang konsepnserta kaitan yang sudah diajarkan.
b.      Strategi Penyampaian Pembelajaran.
Strategi penyampaian isi pembelajaran merupkan komponen variable metode untuk melaksanakan proses pembelajaran. Fungsi strategi penyampaian pembelajaran adalah: (1) menyampaikan isi pembelajaran kepada pebelajar, dan (2) menyediakan informasi atau bahan-bahan yang diperlukan pebelajar untuk menampilkan unjuk kerja.
c.       Strategi Pengelolaan Pembelajaran
Strategi pengelolaan pembelajaran merupakan komponen variabel metode yang berurusan dengan bagaimana menata interaksi antara pebelajar dengan variabel metode pembelajaran lainnya. Strategi ini berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang strategi pengorganisasian dan strategi penyampaian mana yang digunakan selama proses pembelajaran. Ada tiga klasifikasi penting variabel strategi pengelolaan, yaitu penjadwalan, pembuatan catatan kemajuan belajar siswa, dan motivasi.
Berikut adalah stategi pembelajaran gerak menurut Yunyun Yudiana:
1.1         Strategi Pembelajaran Langsung
Merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher centered approach).
1.2         Strategi Pembelajaran dengan Diskusi
Proses pembelajaran melalui interaksi dalam kelompok.
1.3         Strategi Pembelajaran Kerja Kelompok Kecil
Mengorganisasikan siswa dalam kelompok kecil merupakan strategi yang banyak dianjurkan oleh para pendidik. Strategi ini dapat dilakukan untuk mengajarkan materi-materi khusus. Merupakan strategi pembelajaran yag berpusat kepada siswa.
1.4         Strategi Pembelajaran Cooperative Learning
Strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses kerja sama dalam suatu kelompok yang bisa terdiri 3 sampai 5 orang siswa untuk mempelajari suatu materi akademik yang spesifik sampai tuntas.
1.5         Strategi Pembelajaran Problem Solving
Teknik untuk membantu siswa agar memahami dan menguasai materi pembelajaran strategi pemecahan masalah.

2.        Tahapan Pembelajaran Gerak

Didalam menentukan strategi pembelajaran gerak, perlu diketahui sebelumnya mengenai tahapan – tahapan dari pembelajaran gerak sehingga dapat menyusun strategi pembelajaran gerak yang tepat sehingga proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.


Berikut adalah tahapan – tahapan pembelajaran gerak:

2.1         Tahapan Pemahaman Konsep Gerak (Kognitif)
Dalam tahap ini, tugas yang harus dipelajari oleh siswa benar-benar rnerupakan tugas baru. Sebagai pemula, siswa biasanya akan banyak dipersulit oleh keputusan yang harus dibuat. Misalnya, tentang bapaimana berdiri dalam sikap yang baik, di mana lengan hanus disiapkan, kapan gerakan harus dimulai, serta ke mana pandangan harus diarahkan. Dalam tahap ini masalah yang dihadapi oleh anak adalah penguasaan informasi tentang cara melaksanakan tugas gerak.
Untuk membantu anak, penyampaian informasi tentang tugas yang dipelajari harus jelas. Instruksi, demonstrasi, film, dan informasi lisan lainnya akan sangat berguna. Salah satu tujuan pengajarannya adalah memungkinkan siswa mengalihkan informasi masa lalu ke tugas yang dihadapi. Contohnya, banyak keterampilan mempunyai ciri gerak yang sama. Kemukakan ciri dari keterampilan yang kira-kira sudah dipelajari siswa, sehingga siswa mempunyai gambaran yang jelas.
Pertambahan kemampuan dalam tahap ini biasanya sangat cepat. Ini menunjukkan bahwastrategi pembelajaran sudah ditemukan oleh anak. Jangan terlalu dirisaukan jika penampilan pada tahap ini masih kelihatan kaku, kasar; belum pasti dan belum disertai saat yang tepat. Ini semua merupakan tanda awal untuk peningkatan kemampuan di waktu berikutnya.\ Keterlibatan pikiran masih cukup besar sehingga menuntut banyak perhatian. Karena itu, cegahlah pemberian informasi yang terlalu banyak dan bersamaan. Pemberian taktikpermainan bersamaan dengan menguraikan teknik gerak akan mengacaukan perhatian siswa.

2.2         Tahap Gerak (Motor Stage)
Tahapan berikut dalam pembelajaran gerak adalah tahapan gerak atau tahapan asosiatif. Dalam tahap ini, masalah-masalah pemahaman sudah terpecahkan, sehingga fokusnya berpindah pada pengorganisasian pola gerak yang lebih efektif untuk meningkatkan aksi. Pemahaman menguasai bentuk dan urutan gerak diwujudkan dalam gerak tubuh. Dalam tahapan ini, tingkatan keterampilan naik dari tahap pemahaman tadi. Siswa mulai menunjukkan sikap dan kontrol yang terjadia disertai keyakinan yang meningkat. la mulai dapat memberikan perhatian pada detail`gerakan. Da1am keterampilan yang memerlukan kecepatan gerak seperti bulutangkis, anak rnulai mambangun program gerak untuk menyelesaikan gerakan. Sedangkan dalam gerakan yang lebih lambat, seperti keseirnbangan dalam senam, siswa membangun cara untuk memanfaatkan respons yang merghasilkan umpan balik. Keajegan penampilan gerak secara terhadap meningkatkan. Gerakan yang dipelajari mulai ajeg. Efesiensi gerakan mulai meningkat, pengeluaran energi makin berkurang, dan pelibatan pikiran ketika bergerak semakin berkurang pula.
Pelaku menemukan ciri lingkungan yang bisa dijadikan tanda-tanda untuk mengatur ketepatan waktu bergerak. Antisipasi berkembang dengan cepat, membuat gerak lebih halus dan tidak terburu-buru. Di samping itu, pelaku pun mulai bisa merasakan dan memahami kesalahannya sendiri. Tahap ini biasanya berlangsung lebih lama daripada tahap pernahaman konsep gerak. Artinya siswa mungkin bisa tetap berada pada tahap gerak ini tanpa pernah meningkat ke tingkat berikutnya dalam beberapa lama. Barangkali beberapa minggu, beberapa bulan, atau bahkan lebih lama lagi.
2.3         Tahap Otonomi
Setelah banyak melakukan latihan, secara bertahap siswa memasuki tahap otonom, yang melibatkan perkembangan gerak otomatis. Artinya gerak tidak lagi dipikirkan dan bisa terjadi begitu ada rangsang. Beberapa ahli menilai gejala ini bisa terjadi karena adanya program gerak yang sudah terbentuk.
Program gerak adalah suatu rangkaian mekanisme yang mengontrol terbentuknya gerak. Program gerak inilah yang mengontrol aksi seseorang ketika bergerak dalam waktu yang relatif lama. Teori mengatakan tidak selalu. Hal ini bergantung kepada tingkat dan kualitas latihan, serta bagaimana si pelaku melakukannya. Terjadinya tahap ini disebabkan oleh meningkatnya otomatisasi indera dalam menganalisis pola-pola lingkungan. Menurunnya tuntutan perhatian membebaskan siswa untuk menampilkan kegiatan-kognitif tingkat `tinggi. Keputusan-keputusan tentang strategi permainan, bentuk dan gaya kian ditingkatkan. Keyakinan diri dan kemampuan untuk nnenilai kesalahan diri lebih terkembangkan.

Perkembangan penampilan memang berjalan lamban, sebab kemampuan siswa sudah sangat tinggi. Akan tetapi proses pembelajaran masih sangat jauh dari selesai. Masih akan banyak teriadi penambahan-penambahan dalam hal otomatisasi. Usaha fisik dan mental daiam menghasilkan keterampilan akan berkurang. Perkembangan gaya dan bentuk serta faktor lainnya akan terus meningkat.

VARIASI LATIHAN TEKNIK DASAR BOLA BASKET

Variasi Latihan Teknik Dasar Bola Basket
1.      Latihan dribble ditempat
Pemain berdiri dengan posisi kuda kuda (kaki dibuka selebar bahu dan lutut ditekuk,badan tegak) lalu pemain tersebut melakukan driblle kanan dengan jumlah yang ditentukan pelatih  lalu dilanjutkan dengan dribble kiri dengan jumlah driblle yang sama.
2.      Latihan dribble dengan jalan atau sprint
Pemain melakukan driblle dengan jalan atau lari (sprint)dengan jarak lpanjang lapangan bola basket. Posisi tangan lurus kedepan dan agak serong sehingga saat mendribble bola berada di depan agak serong sehingga bola tidak tertinggal dan tertendang oleh kaki. Pemain melakukan dribble kanan maupun kiri.
3.      Latihan passing berhadapan.
Pemain dibagi beberapa kelompok dan saling berhadapan. Setelah saling berhadapan,pemain saling melakukan passing.Setelah melakukan passing, pemain pindah kebelakang kelompok agar semua pemain melakuikan latihan passing. Jenis passing dapat ditentukan oleh pelatih seperti passing dada, passing pantul, dan passing lambung.
4.      Latihan shooting
Pemain dibagi menjadi beberapa kelompok dan berdiri didepan garis free throw. Pemain melakukan teknik shooting secara bergantian. Setelah melakukan shooting, pemain melakukan reborn sendiri lalu memberikan bola kepada teman kelompoknya masing masing.
5.      Latihan lay up
Pemain dibagi menjadi beberapa kelompok dan berdiri didepan garis tengah lapangan bola basket. Setelah itu secara bergantian pemain melakuka dribble dan melakukan lay up dan mereborn sendiri bolanya masing masing dan meberikanya pada teman sekelompoknya.
6.      Latihan dribble dan lay up
Pemain berdiri di tepi lapangan dekat ring bola basket. Setelah itu pemai melakukan dribble menuju ring basket satunya untuk melakukan lay up.. Setelah itu pemain melakukan dribble kembali ketempat start dan melakukan lay up lagi.
7.      Latihan passing dan shooting
Pemain dibagi menjadi 2 kelompok dan berdiri sejajar dengan garis free throw dan berada diluar garis three point. Pemain dari kelompok “A” lari menuju lingkaran free throw dan menirima passing dari pemain kelompok “B” dan melakukan shooting kearah ring basket dan melakukan reborn sendiri lalu memberika bola pada kelompoknya..Setelah pemain kelompok “B” melakukan passing kepada pemain kelompok “A” , pemain dari kelompok “ B: lari dan menerima passing dari pemain kelompok “A” dan melakukan shooting. Cara tersebut dilakukan sacara bergantian.
8.      Latihan passing dan lay up
Pemain dibagi menjadi 2 kelompok dan berdiri di tepi kanan dan kiri lapanngan di belakang ring basket. Pemain dari kelompok “A” dan “B” bersama sama lari dan saling melakukan passing secara bergantian menuju ring basket satunya. Setelah dekat ring basket salah satu dari pemain tersebut memberikan passing kepada pemain satunya agar pemain satunya tersebut dapat melakukan lay up.
9.      Latihan passing dan shooting
Pemain dibagi menjadi 2 kelompok dan berdiri di tepi kanan dan kiri lapanngan di belakang ring basket. Pemain dari kelompok “A” dan “B” bersama sama lari dan saling melakukan passing secara bergantian menuju ring basket satunya. Setelah dekat ring basket salah satu dari pemain tersebut memberikan passing kepada pemain satunya agar pemaun satunya tersebut dapat melakukan shooting. Pemain dapat melakukan shooting three point, two point, dan under ring.
10.  Latihan dribble,passing dan shooting

Pemain dibagi menjadi 2 kelompok dan berdiri di tepi kanan dan kiri lapanngan di belakang ring basket. Pemain dari kelompok “A” dan “B” bersama sama lari hanya saja kelompok “A” melakukan dribble sedangkan peain dari kelompok “B” hanya lari saja tanpa melakukan dribble. Setelah kedua pemain mencapai garis tengah lapangan basket, kedua pemain tersebut kembali dan saat pemain dari kelompok “B” mendekati ring maka pemain dari kelompok “A” melakukan passing agar pemain dari kelompok “B” dapat melakukan shooting. Jenis shooting dapat berupa shooting three point,two point atau pun under ring.

Rabu, 22 Januari 2014

MAKALAH FILSAFAT "OLAHRAGA SEBAGAI ILMU"

BAB I

PENDAHULUAN



A.    LATAR BELAKANG

Kebanyakan orang menjelaskan bahwa olahraga merupakan suatu aktifitas tubuh yang dilakukan secara sadar dengan tujuan untuk menjaga kebugaran jasmani, tetapi kebanyakan orang masih belum memahami tentang ilmu olahraga serta, apa, mengapa, dan bagaimana olahraga itu disebut sebagai ilmu.
Dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai beberapa alasan dan gambaran bahwa olahraga termasuk sebagai ilmu, agar masyarakat memahami lebih jauh lagi tentang gambaran umum mengenai ilmu olahraga.
Beberapa aspek yang disebut sebagai syarat suatu ilmu yakni obyektif, metodis, sistematis, dan universal. Dan aspek – aspek tersebut pun terdapat dalam ilmu olahraga.

B.     RUMUSAN MASALAH

1.      Aspek apa saja sifat atau ciri - ciri dari ilmu?
2.      Apa olahraga disebut sebagai ilmu?
3.      Mengapa olahraga disebut sebagai ilmu?
4.      Bagaimana olahraga bisa disebut sebagai suatu ilmu?

C.    TUJUAN PENULISAN

1.      Mengetahui sifat dan cirri - ciri dari ilmu.
2.      Mengetahui apa olahraga termasuk sebagai suatu ilmu.
3.      Mengetahui alasan bahwa olahraga merupakan suatu ilmu.
4.      Mengetahui tentang olahraga merupakan suatu ilmu.


BAB II

PEMBAHASAN



A.    ILMU

Ilmu adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.
Sifat ilmiah sebagai persyaratan ilmu banyak terpengaruh paradigma ilmu-ilmu alam yang telah ada lebih dahulu. Berikut adalah aspek – aspek yang menjadi syarat dari sebuah ilmu:
  1. Obyektif. Ilmu harus memiliki obyek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Obyeknya dapat bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya. Dalam mengkaji obyek, yang dicari adalah kebenaran, yakni persesuaian antara tahu dengan obyek, dan karenanya disebut kebenaran obyektif; bukan subyektif berdasarkan subyek peneliti atau subyek penunjang penelitian.
  2. Metodis. adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensi dari upaya ini adalah harus terdapat cara tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran. Metodis berasal dari kata Yunani “Metodos” yang berarti: cara, jalan. Secara umum metodis berarti metode tertentu yang digunakan dan umumnya merujuk pada metode ilmiah.
  3. Sistematis. Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu obyek, ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu , mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut obyeknya. Pengetahuan yang tersusun secara sistematis dalam rangkaian sebab akibat merupakan syarat ilmu yang ketiga.
  4. Universal. Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat umum (tidak bersifat tertentu).

Uyoh Sadulloh (1994:44) menyebutkn karakteristik dari ilmu,
(1) hasil ilmu bersifat akumulatif dan merupakan milik bersama, (2) Hasil ilmu kebenarannya tidak mutlak dan bisa terjadi kekeliruan, dan (3) obyektif tidak bergantung pada pemahaman secara pribadi. Pendapat senada diajukan oleh Ralph Ross dan Enerst Van den Haag bahwa ilmu memiliki sifat-sifat rasional, empiris, umum, dan akumulatif


B.     OLAHRAGA SEBAGAI ILMU

Ilmu Keolahragaan memiliki sejarah yang relatif lebih pendek dibandingkan dengan ilmu-ilmu disipliner lain seperti filsafat, hukum, ekonomi, dan sebagainya. Bidang ilmu dibawahnyapun masih tergolong baru. Oleh karena itu, sangat penting bagi Ilmu Keolahragaan untuk membangun dasar-dasar teoritis sebagai sebuah disiplin ilmiah.
Haag (1994: 13) mengatakan,
“Dasar-dasar teoritis” menunjukkan konsep dasar, persoalan pokok, dan pembenaran umum Ilmu Keolahragaan dengan bantuan prosedur teoritis. “Teori” atau “teoritis” berarti refleksi mendalam yang dikembangkan secara baik dalam standar-standar ilmiah. “Ilmu Keolahragaan” adalah nama bagi wissenschaft yang hasilnya dihubungkan pada sub-sistem sosial yang sangat kompleks yang disebut “olahraga”. Fenomena olahraga sangat beragam, banyak memiliki wajah, dan dilihat dalam multidimensi, oleh karena itulah maka ilmu yang menguraikan masalah ini, yakni Ilmu Keolahragaan, juga memperlihatkan karakter yang amat kompleks. “Disiplin ilmiah” menunjukkan satu cabang dalam bidang luas dunia ilmu. Pengembangan historis ilmu secara umum dapat dikarakteristikkan sebagai proses diferensiasi dan spesifikasi konstan. Jadi, banyak disiplin ilmiah yang eksis sekarang ini yang kelak akan lebih banyak lagi, karena proses diferensiasi menjadi suatu proses yang kontinu
Sesuatu yang sangat penting dan vital bagi Ilmu Keolahragaan - seperti halnya ilmu-ilmu lain seperti ilmu politik, kedokteran, sastra dan lain-lain - adalah bahwa Ilmu keolahragaan menyajikan sistem penelitian ilmiah, pengajaran, latihan, dan integrasi konstruktif ilmu-ilmu lain di dalamnya. Tentu saja, dasar-dasar teoritis-filsafati harus sudah kokoh terbangun sebagai syarat untuk dapat disebut sebagai ilmu mandiri.
Ilmu Keolahragaan adalah ilmu yang relatif baru dan memiliki sejarah lebih pendek daripada bidang-bidang ilmu lain seperti filsafat, hukum, fisika, biologi dan lain-lain. Oleh karena itu, pendasaran teoritis-filsafati masih terus diupayakan, salah satunya melalui integrasi cabang-cabang Ilmu Keolahragaan (seperti psikologi olahraga, biomekanika olahraga) dan melalui ekstensifikasi dan intensifikasi tema kajian seperti nutrisi, sex, meditasi dan sebagainya.

1.      Objek Studi Ilmu Keolahragaan

Haag (1994: 13) mengatakan,
Karakteristik dari objek studi Ilmu Keolahragaan adalah fenomena gerak manusia. Fenomena gerak ini dalam konteks keolahragaan menjadi amat kompleks karena mengandung muatan biologis, psikologis, dan antropologis. Olahraga adalah bentuk perilaku gerak manusia yang spesifik. Arah dan tujuan orang berolahraga termasuk waktu dan lokasi kegiatan dilaksanakan sedemikian beragam. Ini menunjukkan bahwa olahraga merupakan fenomena yang relevan dengan kehidupan sosial dan ekspresi budaya, termasuk dalam hal ini kecenderungan khas ideologi, profesi, organisasi, pendidikan dan sains.
Rusli dan Sumardianto (2000: 2) mengungkapkan,
Sedangkan sifat universalitas menunjukkan keanekaragaman olahraga yang dipengaruhi oleh keragaman sosial budaya dan kondisi geografis yang spesifik Fenomena olahraga hadir di masyarakat dan terkontrol di bawah restu nilai dan norma, di samping terikat langsung oleh kapasitas kemampuan biologik.
Arah kajian Ilmu Keolahragaan secara khusus adalah ilmu tentang manusia berkenaan dengan perilaku gerak insani yang diperagakan dalam adegan bermain, berolahraga dan berlatih.

2.      Medan Kajian Ilmu Keolahragaan

Dalam KDI Keolahragaan (2000: 9) dikatakan,
Fungsi Ilmu Keolahragaan adalah mengkaji persoalan berdasarkan masalah yang telah diidentifikasi dan mengungkapkan pengetahuan sebagai jawabannya secara ilmiah. Berkaitan dengan objek formalnya, maka medan pengkajian Ilmu Keolahragaan mencakup spektrum aktivitas pendidikan jasmani yang cukup luas, yang meliputi: (1) bermain (play), (2) berolahraga (dalam arti sport) (3) pendidikan jasmani dan kesehatan (physical and health education), (4) rekreasi (recreation and leisure), dan (5) tari (dance). Hal ini tampak jelas dari sisi praktis atau layanan profesional yang pada gilirannya menjadi lahan subur bagi pengembangan batang tubuh Ilmu Keolahragaan itu sendiri



a.      Bermain

Huizinga (1950: 18-21) memaparkan, “karakteristik bermain sebagai dorongan naluri, aktivitas bebas, dan pada anak merupakan keniscayaan sosiologis dan biologis”. Ciri lain yang amat mendasar yakni kegiatan itu dilaksanakan secara suka rela, tanpa paksaan, dalam waktu luang. Huizinga menyebutkan juga ciri khusus permainan: ini bukanlah kehidupan “nyata” dan kebebasan mewarnai aktivitas tersebut.

b. Olahraga (Sport)

Istilah olahraga yang digunakan disini merupakan istilah generik, sehingga pengetahuannya tidak terbatas pada pengertian sempit olahraga prestasi-kompetitif-elit untuk sementara olahragawan yang pelaksanaannya dikelola secara formal seperti lazim dijumpai pada cabang-cabang olahraga resmi, tetapi juga jenis-jenis aktivitas jasmani lainnya yang bersifat informal.
Olahraga sebagai kata majemuk berasal dari kata olah dan raga. Olah artinya upaya untuk mengubah atau mematangkan, atau upaya untuk menyempurnakan. Bisa juga olah diinterpretasikan sebagai perubahan bunyi istilah ulah, yang berarti perbuatan atau tindakan. Sedangkan raga berarti badan/fisik. Dengan demikian, secara etimologis singkat, olahraga berarti penyempurnaan atau aktivitas fisik.
Olahraga itu sendiri pada hakikatnya bersifat netral dan natural, namun masyarakatlah yang kemudian membentuk dan memberi arti terhadapnya. Sesuai dengan fungsi dan tujuannya, olahraga dapat dirinci sebagai berikut.
1. Olahraga pendidikan
                                    2. Olahraga kesehatan
                                    3. Olahraga rekreatif
                                    4. Olahraga rehabilitatif
                                    5. Olahraga kompetitif
Karena karakteristik olahraga semakin kompleks, selain mengandung muatan bio-psiko-sosio-kutural-antropologis dan juga teknologis (techno-sport) serta respon lingkungan (eco-sport), maka amat sukar menetapkan sebuah batasan. Namun demikian dapat diidentifikasi ciri yang bersifat umum (common denominator) sebagai berikut:
1. olahraga merupakan subsistem dari bermain: pelaksanaan secara sukareka tanpa paksaan;
2. olahraga berorientasi pada dimensi fisikal: kegiatan itu merupakan peragaan keterampilan fisik;
3. olahraga merupakan kegiatan riil, bukan ilusi atau imajinasi;
4. olahraga, terutama olahraga kompetitif, menekankan aspek performa dan prestasi sehingga di dalamnya terlibat unsur perjuangan, kesungguhan, dan faktor surprise sebagai lawan dari faktor untung-untungan sehingga performa itu dicapai melalui usaha pribadi;
5. olahraga berlangsung dalam suasana hubungan sosial dan bersifat kemanusiaan, bukan membangkitkan naluri rendah, bahkan justru membangun solidaritas;
6. olahraga harus bermuara pada upaya untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan total (wellness).
Hasil investigasi filsafati Scacht mengisyaratkan suatu keterbukaan ontologis olahraga, dipandang dari filsafat ilmu. Artinya, ekstensifikasi dan intensifikasi ilmiah dapat terjadi sampai pada interaksi yang bahkan revolutif di tingkat ontologis, misalnya pergeseran objek studi. Apabila di penelitian ini objek studi Ilmu Keolahragaan dibatasi pada fenomena gerak manusia, maka seiring perkembangan teknologi olahraga dalam techno-sport, bisa jadi pengabsahan-pengabsahan permainan yang sangat baru dengan instrumen teknologis sebagai fokusnya, menghasilkan kesepakatan global tentang objek studi Ilmu Keolahragaan yang baru. Objek studi Ilmu Keolahragaan kemudian tidak hanya menyangkut gerak insani, namun juga prestasi piranti teknologi ciptaan “atlet”, seperti yang dapat diamati pada perlombaan “Tamiya” di Indonesia akhir-akhir ini.

3.      Maksud dan Sasaran Ilmu Keolahragaan

Pertanyaan apa yang dikaji oleh suatu disiplin ilmu, merupakan pertanyaan mendasar yang dalam wilayah akademis filsafat ilmu tercakup dalam ontologi ilmu (Jujun, 2002: 35). Permasalahan maksud dan sasaran dari apa yang dikaji ilmu tertentu, merupakan permasalahan ontologis juga yang merupakan cerminan pertanyaan-pertanyaan final “untuk apa?”, atau “mengapa?”. Demikian juga dengan disiplin ilmu baru seperti Ilmu Keolahragaan. Empat dimensi berikut ini menghasilkan sudut pandang berbeda serta wilayah yang luas dari aspek-aspek yang menyusun keseluruhan jawaban dari pertanyaan ontologis “apa fungsi Ilmu Keolahragaan itu?”. Meskipun Ilmu Keolahragaan keberadaannya masih baru, sejarah Ilmu Keolahragaan atau ilmu aktivitas jasmani dapat dilacak ke awal-awal abad 20, tanpa mempertimbangkan interpretasi yang diberikan oleh para filsuf dan sarjana medis sebelum tahun 1900 (Haag, 1994: 23). Pembahasan e“maksud dan sasaran” Ilmu Keolahragaan berikut ini merupakan pendasaran yang sederhana dan dipersingkat.

a. Dimensi Historis

Pertimbangan historis menyajikan kerangka kerja luas dalam mencari jawaban atau dapat menyumbang persepsi masa kini Ilmu Keolahragaan secara lebih baik. Bagaimanapun, kesalinghubungan masa lalu, masa kini, dan masa depan merupakan paradigma dasar berpikir yang tak dapat diabaikan: mengetahui masa lalu, mengalami masa kini, membentuk masa depan.
Gerakan, permainan dan olahraga sebagai bagian budaya manusia memiliki sejarah yang menarik. Cara yang relatif objektif dalam mendapatkan data dalam perspektif historis adalah menyampaikan perhatian terhadap topik yang diberikan pada dokumen-dokumen kunci. Dengan menganalisa hasil ini secara kronologis, kecenderungan dan perkembangan dapat diikuti sampai situasi terkini.

b. Dimensi Komparatif

Perspektif horizontal termasuk dalam dimensi komparatif; Ini berhubungan dengan perbandingan persoalan dan memberi jawab dalam sedikitnya dua perbedaan latar belakang sosial-kultural atau negara-negara. Dengan menyimpulkan informasi dari sudut pandang banyak negara, bermacam-macam gagasan dan solusi dapat sangat meningkat. Keuntungan penggunaan pendekatan komparatif berlipat tiga:
      1. lebih banyak informasi dan sistem yang diperoleh tentang negara yang berbeda;
                        2. pandangan yang lebih baik tercapai dalam sistem sendiri;
      3. dihasilkan ide-ide untuk perbaikan situasi/sudut pandang sendiri.

c. Dimensi Situasional/Status Quo

Dimensi situasional berarti, situasi sekarang dianalisa sangat hati-hati dalam rangka solusi ilmiah persoalan yang ada. Ini terutama terdiri dari analisis pustaka yang relevan dengan Ilmu Keolahragaan dalam dekade terakhir. Bahkan jika proses perkembangan Ilmu Keolahragaan ke arah kemantapan penuh dan diakui disiplin akademis berada pada tingkat memuaskan, opini yang ada cukup tersedia mengenai persoalan yang dihadapi. Bidang ilmiah yang baru dan sedang berkembang harus selalu didiskusikan dan ditinjau kembali meta-teorinya sendiri agar mencapai perkembangan besar dalam ranah ilmu pengetahuan. Oleh karenanya, dimensi situasional mengenai pertanyaan “apa fungsi Ilmu Keolahragaan itu?” menjadi penting untuk dapat dipertimbangkan. Dua parameter digunakan dalam dimensi situasional: terminologi mengenai lembaga-lembaga Ilmu Keolahragaan dan perkembangan jurnal dan organisasi-organisasi Ilmu Keolahragaan pada level nasional dan internasional. Tidak diragukan bahwa dimensi situasional harus dipertimbangkan sebagai dasar tindakan masa depan. Satu kesalahan, jika sesuatu di masa lalu yang tetap konstan atau selalu berhubungan dengan apa yang disebut impian masa depan yang lebih baik, kehilangan perspektif kekinian, situasi aktual dan kondisi-kondisi konkret
Kesulitan yang langsung tampak pada eksplorasi pendasaran ontologis Ilmu keolahragaan dalam dimensi ini adalah sifatnya yang cenderung berpijak pada ruang dan waktu tertentu, sehingga pola universalitasnya harus terlebih dahulu melewati kompromi-kompromi keilmuan global. Sejauh mana olahraga keindonesiaan tercatat dalam kamus dimensi situasional, ditentukan oleh sosialisasi global informasi keolahragaan Indonesia.

d.    Dimensi Masa Depan

Dimensi ini lebih merupakan sifat dasar hipotetis dan bukan bukti secara ilmiah. Bagaimanapun, ini merupakan tugas perguruan tinggi dan sarjana yang termasuk dalam kerja universitas untuk berpikir ke depan, untuk mengembangkan perspektif dan untuk berkarya pada konsep masa depan, didasarkan pada susunan pengetahuan sejarah dan pemahaman kekinian yang seimbang.


BAB III

PENUTUP



A.    KESIMPULAN

Dari paparan di atas, penulis menyimpulkan bahwa olahraga merupakan sebuah ilmu yang mempunyai objek studi, medan  kajian, maksud dan sasaran ilmu, serta mempunyaai sifat yang sistematis, dan universal. Olahraga mempunyai maksud dan sasaran. Permasalahan maksud dan sasaran dari apa yang dikaji ilmu tertentu, merupakan permasalahan ontologis juga yang merupakan cerminan pertanyaan-pertanyaan final “untuk apa?”, atau “mengapa?”.